Bogor, 30 April 2015

Catatan pribadiku terahir di bulan ini. Bukan label Balada Kampus atau Coretanku yang akhir-akhir ini aku tulis dan unggah..
Tak ada yang pas untuk mendefinisikan label apa yang tepat. Pikiranku hanya terus memerintahkan jariku tetap mengetik. Tak ada yang istimewa dari setiap yang kutulis, mungkin ada yang menganggapku terlalu sombong menceritakan perjalanan hidupku, atau yang mengiba melihatku seperti gadis tunawisma, atau gadis galau?, atau mungkin ada yang mengunjungi setiap hari memastikan aku telah menulis catatan baru. Kukira pilihan yang terahir cukup sulit.

Hidup adalah misteri, kalimat klasik yang sering terdengar atau terucap tanpa pemaknaan yang jelas, saat ini menjadi sebuah pemikiran besar yang selalu membayangiku. Tak pernah terbesit melangkah sejauh kaki melangkah, sejauh mata memandang. Jatuh, bangun, sakit, terperosok dalam titik yang begitu rendah dalam kehidupan pun pernah rasanya kita alami. Masing-masing memiliki ceritanya sendiri. Bicara tentang hidup, bicara tentang takdir. Ada sebagian yang ditakdirkan hidup selalu mewah, ada yang ditakdirkan hidup dalam kesempitan, ada yang ditakdirkan hidup dalam keberuntungan, ada pula yang merasa hidup dalam ketidakadilan. Anda, yang mana?

Ada masa dimana kita hanya mampu mendengar suara detak jantung kita sendiri, sumber kehidupan sedekat itu ternyata, begitu kematian pun.

Jalan terjal, berliku, yang diwarnai dengan ketidaksempurnaan kita atas penyusunan dan usaha mewujudkannya, adalah suatu tantangan. Refleksi diri dalam tautan mengingatkan sejauh ini langkah mu, dan mengingatkan akan memori yang tentu tak hanya indah, mungkin banyak pahitnya. Evalusi diri selalu ada dalam tekad. Usaha, kita liat saja. Tak jarang, yang akan kita liat saja, runtuh begitu saja.

Kembali. Kembali menjadi kunci diri. Tapi aku tak ingin kembali. Kembali pada bingkai indah, atau kegelapan. Mengingat adalah caraku untuk kembali. Aku tak ingin diriku yang dulu, yang kemarin, bahkan aku tak ingin menjadi diriku beberapa detik yang lalu. Aku ingin menjadi diriku saat ini dan dimasa depan. Masa depan yang masih ghaib. Aku tak ingin larut dalam angan-angan tabu. Menjalani yang terbaik kiranya menjadi ukiran yang selalu menghiasi titik pusat dalam hati. Saat bumi tak lagi setia mewujudkan kehidupan bersama, semua takkan sama. Akhir itu pasti, pasti akan datang. Iman dalam hati yang selaras dengan logika. Akhir itu pasti datang. Laporan pertanggung jawaban oleh Ketua pun akan diminta. Sejauh mana kita berkhianat, membuat yang terkasih kecewa atas aku, kamu, dia dan mereka. Semua mempunyai kilau dan kelamnya sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Persalinan di RS Ananda Purwokerto

Family Trip to Lombok "Pengalaman Trip Bersama Toddler"

Review Hotel Sendok Senggigi Lombok