POSITIVE CHANGE for NLA 2012


GENERASI BERKARYA
Remaja Indonesia kini seakan kehilangan nurani mereka. Dendam dan pembalasan, mungkin hanya itu yang ingin mereka persembahkan. Bara api yang telah disulut, tak akan padam jika tak disiram, dan akan menyulut benda lain disekitarnya. Demikian seperti ligkaran setan yang tak terputus. Dari generasi ke generasi. Mari kita menyiram kesejukan dalam bara api yang telah tersulut ini. Bukankah semestinya kita sedang mengemban amanah untuk membangun peradaban?  Melahirkan Generasi Berkarya.
OSPEK
Masa perkenalan bagi siswa atau mahasiswa baru untuk mengenal lebih dalam lingkungan barunya. Gerbang menuju langkah berikutnya yang selalu menjadi momok sebagian dari mereka. Masa ini selalu identik dengan tugas-tugas aneh, senioritas sampai bullying. Kata terahir menggelitik ingatan saya beberapa tahun silam ketika saya mengikuti orientasi di SMA. Hari pertama kami mendapat tugas meminta tanda tangan sebanyak-banyaknya dari para senior yang terlibat dalam organisasi di sekolah kami. Suatu tantangan bagi saya pribadi yang berasal dari luar daerah. Mengenali senior yang telah banyak makan asam garam di dunia organisasi dan kepemimpinan. Mungkin demikian esensi penting yang ingin diselipkan. Hari kedua, kami siswa baru dibariskan di lapangan untuk mendapatkan pelatihan baris berbaris. Bagi yang melakukan kesalahan, mereka mendapat berbagai hukuman dari senior, mulai mencari nama senior, sampai mendapatkan nasehat berkuah dari para senior. Apa itu nasehat berkuah? Bukan macam makanan yang aneh, namun nasehat yang disampaikan tepat lima senti di depan muka kami. Tak dapat dihindari, kuah pun akan menghampiri muka kami dan bersarang sampai kering. Hari terahir pun kami tak luput dari nasehat berkuah dan menggema, orspek hari ketiga ini dilakukan di dalam ruangan, jadilah suara yang keluar akan terdengar menggema. Penutupan rangkaian acara selalu ditutup dengan saling bermaafan antara senior dan siswa-siswi yang mengikuti orientasi. Bak malaikat yang turun dari langit, mengumbar senyum yang lama terkulum. Tak punya pretensi jahat dan sikap arogant. Kami membaur. Akhirnya, dalam hati berdesis rasa syukur, tak ada kekerasan fisik yang kami terima. Kini berbicara tentang kekerasan dan kontak fisik, saya merenungi ingatan saya mengenai kasus bullying di salah satu sekolah di Jakarta yang marak  dalam berita nasional. “Seperti diketahui, saat ini ramai pemberitaan terjadinya kasus bullying di SMA Don Bosco Jakarta, kasus ini terungkap setelah adanya laporan yang masuk ke Polres Jakarta Selatan, Rabu (25/7/2012) malam. Dalam laporan tersebut salah seorang siswa baru di Don Bosco melaporkan bahwa ia dianiaya oleh beberapa orang yang merupakan kakak kelasnya”. (Tribunnews.com)

Masa Perkenalan Kampus MAHAsiswa Baru
Mahasiswa sering disebut dengan “agent of change”.  Perubahan kata siswa menjadi kata berimbuhan MAHA memiliki arti yang sangat mendalam bagi para pelakunya. Terdapat gejolak untuk menjadi generasi pelurus bukan penerus dengan cara berbeda-beda. Pastinya perubahan merupakan salah satu bagian proses yang akan terjadi.
Orientasi mahasiswa baru menjadi langkah awal yang membuka perjalanan sebagai MAHAsiswa resmi di suatu institut atau universitas, mengenal lebih dalam kampus dan lingkungan barunya. Namun, dewasa ini masih saja hadir perguruan tinggi yang melegalkan orientasi mahasiswa dengan perpeloncoan. Sering disadari atau tidak para senior yang menjadi panitia dalam kegiatan ini sering memiliki maksud untuk balas dendam.
Lain ladang lain belalang. Cukup unik memang, setelah mengikuti kegiatan yang maha dahsyat Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru selama tiga hari di kampus, saya langsung menuliskan impian saya di sebuah kertas. Saya ingin menjadi salah satu bagian pembangun peradaban yang akan menggubah perubahan positif “Positive Change”. Bak power rangers yang selalu membawa perubahan untuk menyelamatkan kotanya. Impian tanpa usaha tak akan guna. Saya pun mencoba mewujukan impian saya.
Menjadi teladan yang baik tidak semudah membalik telapak tangan. Mereka yang berhasil lolos menjadi pembangun peradaban harus ditempa tiga bulan lamanya. Melahirkan sosok seorang ibu yang selalu menyayangi, dan ayah yang tegas namun penuh kasih sayang. Dengan berbagai pelatihan, dari psikologi remaja sampai kepemimpinan.
Saatnya membangun peradaban dengan senyuman, penuh cinta, dan ketulusan. Rangkaian masa perkenalan kampus mahasiswa baru, kami susun sedemikian sehingga terdapat rangkaian yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebanyak 4100 mahasiswa baru dikelompokkan dalam 25 keluarga kecil bernama rumpun bersama penanggung jawab rumpun sebanyak lima orang, dan lima keluarga besar bernama gugus. Rangkaian kegiatan pun satu persatu kami lakukan bersama-sama. Diantaranya seperti kegiatan gathering mahasiswa baru yang kami isi dengan GEMARI “Gerakan Lima Ratus Biopori”. Saya sebagai salah satu penanggung jawab rumpun, memberikan penjelasan biopori dan langsung memandu generasi berkarya yang masih sangat polos, untuk segera mengamalkannya. Kami membuat lubang resapan air, memindahkan tanah humus kepohon yang lain, karena banyaknya unsur hara yang terkandung didalamnya, dan menutup lubang dengan sampah dedaunan. Mencegah banjir atau genangan air di daerah kampus menajdi esensi dari kegiatan ini. Mereka terlihat sangat kompak, dan saling bekerjasama. Gathering kami lakukan tiga kali. Pertama kali kami berkenalan, sembari menunaikan penugasan yang diberikan. Kedua, aksi gerakan lima ratus biopori, dan yang terakhir kami melakukan kegiatan keagamaan bersama. Setelah beberapa rangkaian menuju Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru kami lalui. Kini tiba saatnya mereka mengenal lebih dalam Institut Pertanian Bogor dengan sejuta prestasinya. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ini diwajibkan untuk mahasiswa baru selama tiga hari. Semua panitia berjuang untuk mempersembahkan yang terbaik. Namun tak lantas memanjakan mereka, selain sosok ibu yang terdapat dalam penanggung jawab rumpun seperti saya, panitia pun telah ditempa untuk menjadi sosok ayah yang tegas bernama Komisi Penegak Kedisplinan.
Hari-hari selama masa perkenalan kampus mahasiswa baru, panitia persembahkan segmen-segmen acara yang menarik dan pastinya positif untuk dilakukan. Kenali Kampus Kita, IPBku Prestasiku, merupakan seminar hari pertama. Hari kedua kami memperkenalkan mahasiswa baru dengan manajemen aksi. Esensi dari kegiatan ini adalah membentuk mahasiswa menjadi agent of change, social control role dan iron stock (investasi kepemimpinan). Hari terahir kami persembahkan aksi ketahanan pangan dengan mengkonsumsi beras analog pengganti beras biasa yang sering kami makan. Untuk kegiatan terahir ini, mendapatkan penghargaan rekor muri.
Rangkaian kegiatan berahir meriah. Mahasiswa baru telah resmi menyandang gelar MAHAsiswa. Ucapan terimakasih pun tak henti-hentinya mereka ucapkan. Derai air mata haru pun mengalir, tak ingin mengahiri kebersamaan kami. Tak sedikit dari mereka yang meminta untuk memperpanjang masa aktif MPKMB (Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru).
Masih zaman orientasi siswa maupun mahasiswa dengan perpeloncoan? Bukankah kasih sayang dan persaudaraan lebih indah? Pesan dari bapak  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, “Mendekati Junior dengan kasih sayang”.  Finnally, are you ready to be the leader agent of Positive Change?? To be better generation for a better future.
“We are not talking about change, we are making a change” (I future leaders)

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Persalinan di RS Ananda Purwokerto

Family Trip to Lombok "Pengalaman Trip Bersama Toddler"

Review Hotel Sendok Senggigi Lombok